Cara Menjaga Hubungan Normal Dengan Tuhan: 3 Poin untuk Membantu Anda
Membangun hubungan dengan Tuhan adalah pelajaran yang paling penting untuk dipelajari. Hanya ketika kita memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, kita dapat tergerak dalam doa, mendapatkan pencerahan ketika membaca firman Tuhan, dan memperoleh pencerahan dan bimbingan Tuhan dalam segala hal. Jelas, sangat penting bagi kita untuk membangun hubungan yang normal dengan Tuhan. Berikut adalah 3 cara untuk menjaga hubungan yang normal dengan Tuhan.
Pertama, berlatih menenangkan hati kita di hadapan Tuhan.
Tuhan Yesus berkata: "Tuhan adalah Roh dan mereka yang menyembah Dia harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24). Dari ayat ini, kita tahu bahwa jika kita ingin menjalin hubungan yang normal dengan Tuhan, kita harus berdoa kepada Tuhan dengan hati yang tulus, dan berbicara dari hati ke hati. Ketika kita dengan jujur memberi tahu Tuhan tentang keadaan aktual dan kesulitan praktis kita, dan melakukan refleksi diri di hadapan-Nya, kita akan digerakkan oleh Roh Kudus dan akan mengalami penyesalan yang tulus. Dengan cara ini, kita bisa tenang di hadapan Tuhan. Misalnya, engkau berdoa, "Tuhan! Aku melihat banyak saudara dan saudari dengan tulus mengorbankan diri mereka untuk-Mu. Tapi tingkat pertumbuhanku terlalu kecil, aku memiliki begitu banyak beban—pekerjaan, keluarga, dan masa depanku—sehingga aku tidak dapat mengorbankan diriku untuk-Mu. Aku tidak tahu bagaimana cara melepaskan beban ini. Semoga Engkau mencerahkan dan menerangiku, memungkinkan aku untuk memahami kehendak dan persyaratan-Mu. Semoga Engkau memberiku iman dan kekuatan sehingga aku dapat mematuhi pengaturan dan penataan-Mu." Ketika engkau berdoa dengan cara ini, engkau berdiam diri di hadapan Tuhan. Ketika Tuhan melihat engkau berdoa dengan jujur, Roh Kudus akan bekerja di dalammu, dan kemudian engkau akan membangun hubungan yang normal dengan Tuhan. Tetapi jika orang tidak membuka hati kepada Tuhan ketika berlutut dalam doa, tetapi hanya mengucapkan beberapa kata secara sembarangan dan asal-asalan, ini bukan menenangkan hati di hadapan Tuhan; meskipun dia tampak cukup saleh dari luar, tangan dan kepalanya tidak bergerak sesuka hati, dan dia terus-menerus berdoa kepada Tuhan, tetapi hatinya tertutup bagi Tuhan. Doa seperti ini tidak akan diterima oleh Tuhan. Selain itu, jika kita irasional, dan membawa tuntutan atau keinginan untuk melakukan transaksi ke dalam doa kita, maka doa tersebut tidak dipanjatkan dengan hati yang tenang di hadapan Tuhan dan tidak akan diterima oleh Tuhan.
Selain menenangkan hati kita di hadapan Tuhan saat berdoa, kita juga perlu berdiam diri di hadapan Tuhan dan menyentuh Roh Tuhan dengan hati kita serta mengucapkan kata-kata dalam hati kepada Tuhan saat membaca Alkitab dan merenungkan firman Tuhan. Ketika kita memiliki persekutuan sejati dengan Tuhan, kita akan dijamah oleh Roh Kudus dan memperoleh pekerjaan Roh Kudus. Dengan cara ini, kita akan mencapai titik di mana kita berdiam diri dan tidur di hadapan Tuhan. Berdiam diri di hadapan Tuhan tidak terbatas pada bentuk apapun, selama lingkungan mengizinkan, kita bisa dekat dengan Tuhan kapan saja dan di mana saja. Tidak peduli apakah kita berlutut untuk berdoa, atau bekerja, atau berjalan-jalan, kita boleh berlatih untuk berdiam diri di hadapan Tuhan setiap saat. Selama kita terus-menerus mempraktikkan ini, kita dapat mempertahankan hubungan yang normal dengan Tuhan.
Kedua, serahkan hati kita kepada Tuhan, membiarkan Tuhan yang mengatur segalanya, dan menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan.
Menyerahkan hati kita kepada Tuhan berarti mempercayakan pekerjaan, keluarga, dan kehidupan kita kepada Tuhan. Apapun yang terjadi pada kita, kita harus mencari dan berdoa kepada Tuhan, dan kemudian bertindak sesuai dengan kehendak dan tuntutan-Nya. Selain itu, kita harus membenamkan diri dalam pekerjaan Tuhan dan mengorbankan diri kita untuk Dia, bertindak sesuai dengan firman-Nya dalam segala hal dan menaati pengaturan dan penataan-Nya tanpa memilih. Inilah yang dimaksud dengan menyerahkan hati kepada Tuhan. Misalkan kita harus berurusan dengan masalah pernikahan anak kita. Kita berdoa, "Ya Tuhan! Anakku diberikan kepadaku oleh-Mu. Sekarang, dia telah mencapai usia pernikahan. Daripada mengandalkan diri sendiri untuk membuat rencana pernikahannya, aku bersedia mempercayakan hal ini kepada-Mu dan menaati pengaturan dan penataan-Mu. Aku percaya apa yang Engkau atur akan menjadi yang terbaik untuknya." Setelah berdoa seperti itu, kita harus mematuhi pengaturan Tuhan daripada bertindak menurut keinginan kita sendiri. Jika kita mengatakan bahwa kita bersedia untuk tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, tetapi penuh dengan keluhan dan bahkan menyangkal, menghakimi, dan menghujat Tuhan ketika ujian menimpa kita, ini berarti tidak menyerahkan hati kita kepada Tuhan. Seperti yang Tuhan Yesus katakan: "Orang-orang ini mendekat kepada-Ku dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya; tetapi hatinya jauh dari Aku. Dengan sia-sia mereka menyembah Aku, namun mengajarkan ajaran dan perintah manusia" (Matius 15:8-9). Dari firman Tuhan, kita dapat melihat bahwa Tuhan tidak suka kita berdoa kepada-Nya dengan perkataan basa-basi tetapi ingin agar kita memberikan hati kita sepenuhnya kepada-Nya dan tidak membuat pilihan sendiri. Mari kita ambil tiga teman Daniel sebagai contoh. Saat menghadapi bahaya dilempar ke dalam tungku yang menyala-nyala, mereka rela mati daripada menyembah berhala. (Lihat Dan 3: 17-18) Mereka tidak membuat pilihan sendiri tetapi membiarkan Tuhan berdaulat dan memuaskan Tuhan dengan sepenuh hati; ini benar-benar memberikan hati kepada Tuhan.
Ketiga, belajar mencari dan mengamalkan kebenaran dalam segala hal.
Tidak peduli siapa yang mengatakan sesuatu, bahkan jika orang itu adalah seseorang yang berstatus rendah atau seseorang yang paling kita pandang rendah, selama apa yang dia katakan sesuai dengan kebenaran, kita harus tunduk dan menerimanya. Tetapi jika apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan kebenaran, kita tidak boleh menerimanya tidak peduli seberapa tinggi posisi mereka atau seberapa besar pengaruh mereka. Ketika kita mengetahui bahwa rekan kerja kita terlibat dalam perselisihan dan kecemburuan, mencuri persembahan, atau melakukan sesuatu yang merugikan kepentingan gereja, kita tidak boleh menutup mata terhadap hal-hal ini, atau menjauh darinya kalau masalah itu bukan urusan kita. Kita juga tidak boleh dihambat oleh status dan kekuasaan orang lain. Sebaliknya, kita harus berdiri teguh di sisi Tuhan dan menjaga kepentingan gereja. Hanya ketika kita bertindak seperti ini kita bisa menjadi orang yang benar-benar menaati kebenaran. Saat ini di gereja, ada banyak orang yang menyembah pengetahuan dan status, secara membabi buta mendengarkan dan mematuhi apa pun yang dikatakan pendeta dan penatua. Apa bedanya mereka dengan orang Israel? Orang Israel secara membabi buta memuja imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi; tertipu oleh mereka, mengikuti mereka untuk melawan Tuhan Yesus, dan memakukan Tuhan Yesus di kayu salib, dan pada akhirnya menderita hukuman dan kutukan Tuhan. Sebaliknya, orang-orang seperti Petrus, Yohanes, Matius dan Filipus melihat bahwa pekerjaan dan firman Tuhan Yesus penuh dengan otoritas dan kuasa dan berasal dari Tuhan, dan dengan demikian mengikuti Dia tanpa terikat oleh orang-orang Farisi; mereka adalah orang-orang yang benar-benar menaati Tuhan dan memperoleh keselamatan Tuhan. Seperti yang dikatakan Alkitab, "Kita harus lebih taat kepada Tuhan daripada manusia" (Kisah Para Rasul 5:29).
Aku percaya selama Anda menerapkan tiga cara ini, Anda dapat membangun hubungan yang normal dengan Tuhan. Sudahkah Anda memahami prinsip-prinsip ini dan mulai menerapkannya?
Hubungi kami